Selama dua dekade terakhir, peran rantai pasokan telah berkembang secara dramatis—dari pusat biaya menjadi sumber keunggulan kompetitif dan pada akhirnya menjadi kekuatan penting dalam perdagangan global. Pandemi COVID mempercepat transformasi ini, mendorong rantai pasokan ke ruang rapat dan meja makan. Saat kita memasuki tahun 2025, saya bersemangat untuk mengeksplorasi tren berikut yang menjanjikan untuk membentuk kembali masa depan.
AI terus menghadirkan peluang besar untuk merevolusi rantai pasokan melalui inovasi dan optimalisasi. Meskipun AI algoritmik tradisional telah tertanam dalam proses rantai pasokan selama beberapa dekade, kemunculan Gen AI telah membuka potensi transformatif dalam hal efisiensi dan ketahanan. Dalam lingkungan yang saling terhubung saat ini, para profesional rantai pasokan secara teratur terlibat dengan teknologi melalui platform perusahaan, perangkat genggam, dan alat produktivitas kantor. Namun, lompatan berikutnya memerlukan peralihan dari interaksi dengan teknologi ke pengambilan keputusan berbasis AI yang memercayai. Pergeseran ini menuntut keseimbangan yang harmonis antara intuisi dan wawasan berbasis data—sebuah eksperimen mendalam dalam efektivitas organisasi.
Agar AI dapat mewujudkan janjinya, dibutuhkan bukan hanya antusiasme namun juga investasi strategis. Membangun fungsi analitik yang kuat dimulai dengan pemimpin analitik yang visioner dan tim yang cakap. Selain itu, memadukan inisiatif analitik dengan pemimpin bisnis berpengalaman atau prioritas utama akan memastikan keselarasan dengan tujuan perusahaan. Meskipun kebijakan konvensional menyarankan bahwa permasalahan bisnis seharusnya mendorong solusi teknologi, tahap-tahap awal AI mungkin akan mendapatkan keuntungan dari hal sebaliknya, yakni memanfaatkan AI untuk menemukan peluang yang belum dimanfaatkan.
Fungsi pendukung yang serupa dengan TI, seperti kantor transformasi analitik, sangat penting untuk memastikan keselarasan dengan tujuan perusahaan dan tetap menjadi yang terdepan dalam kemajuan teknologi. Tim infrastruktur data terpusat di bawah TI dapat mewujudkan skala ekonomi, namun mungkin menghambat lajunya. Sebaliknya, pendekatan hibrid terhadap manajemen data yang memberdayakan tim analisis bisnis dengan tingkat otonomi tertentu untuk berinovasi dan melakukan iterasi sangat penting untuk memanfaatkan potensi penuh data dan AI.
Beberapa tahun terakhir telah menggarisbawahi perlunya mengelola risiko secara proaktif dibandingkan hanya bereaksi terhadap gangguan. Meskipun manajemen risiko rantai pasokan tradisional sering kali berfokus pada risiko operasional—seperti kemunduran gudang regional, diversifikasi penyedia transportasi, atau multi-sumber—tantangan yang muncul mencakup risiko geopolitik, makroekonomi, dan lingkungan. Hal ini mencakup konflik regional, perang dagang, pemogokan di pelabuhan, dan gangguan ketenagakerjaan, yang dapat melumpuhkan rantai pasokan dan membahayakan kelangsungan bisnis.
Untuk membangun rantai pasokan yang tangguh, organisasi harus melampaui visibilitas dan memanfaatkan kecerdasan yang mampu menyerap dan memulihkan gangguan. Komponen utama dari pendekatan ini meliputi:
· Desain Jaringan: Merancang dan mengembangkan infrastruktur rantai pasokan secara strategis untuk menyeimbangkan biaya, layanan, dan ketahanan. Hal ini melibatkan pemanfaatan teknologi canggih seperti AI untuk mendukung inisiatif strategis, perencanaan skenario, dan tujuan keberlanjutan.
· Penilaian Risiko: Mengukur kerentanan dalam rantai pasokan dengan mengevaluasi risiko lokasi, ketergantungan produk, jalur transportasi, dan stabilitas keuangan. Penilaian ini membantu memprioritaskan upaya mitigasi berdasarkan besaran dan kemungkinan paparan.
· Ekosistem Kolaboratif: Membina kemitraan di seluruh rantai nilai untuk menciptakan nilai bersama dan meningkatkan ketahanan kolektif. Memanfaatkan Gen AI untuk memantau peristiwa risiko global, mengembangkan model simulasi untuk menilai skenario “bagaimana-jika”, dan memungkinkan visibilitas menyeluruh melalui teknologi yang terhubung merupakan langkah-langkah penting dalam perjalanan ini.
Industri pengangkutan telah mengalami beberapa perubahan besar sejak pergantian milenium, yang masing-masing membentuk lanskapnya saat ini. Pengenalan aturan Hours-of-Service (HOS) dan meningkatnya kekurangan pengemudi menandai dekade pertama. Dekade kedua menyaksikan dampak ledakan e-commerce. Baru-baru ini, pandemi ini membawa lonjakan permintaan yang diikuti dengan penurunan tajam, yang berpuncak pada apa yang oleh banyak orang disebut sebagai “resesi pengangkutan” selama beberapa tahun terakhir.
Teknologi telah memainkan peran penting namun belum terealisasi dalam evolusi industri pengangkutan. Model bisnis seperti pialang pengangkutan digital, truk otonom, solusi visibilitas menyeluruh, dan manajemen armada berbasis langganan telah muncul sebagai inovasi yang menjanjikan. Namun, tidak ada yang merevolusi industri ini seperti yang diperkirakan semula. Khususnya, beberapa operasi transportasi masih mengandalkan Sistem Manajemen Transportasi (TMS) yang lama, tanpa memanfaatkan keunggulan yang ditawarkan oleh solusi berbasis cloud dan kemajuan yang didorong oleh AI.
Ke depan, industri pengangkutan siap untuk tetap fokus pada eksekusi sambil mengeksplorasi inovasi berbasis teknologi. Indikator-indikator utama menunjukkan masa depan yang lebih cerah, dengan kelebihan kapasitas secara bertahap berkurang dan permintaan diproyeksikan meningkat. Hal ini memperkuat posisi keuangan penyedia layanan yang masih bertahan untuk memungkinkan investasi kembali dalam teknologi. Secara tradisional, operasi transportasi telah dioptimalkan untuk menghadapi kendala seperti kapasitas, rentang waktu, dan kepatuhan. Namun, alat-alat yang bermunculan memiliki potensi untuk mengoptimalkan operasi pada skala besar baik dari segi biaya maupun tingkat layanan, sehingga membuka jalan baru untuk penciptaan nilai. Inilah saatnya untuk merangkul inovasi-inovasi ini, beralih dari sistem tradisional ke ranah teknologi mutakhir.
RisalahPos.com Network