Menjelang musim perayaan, terjadi perubahan nyata dalam cara konsumen mempersiapkan rumah mereka. Meskipun kilauan dan kemegahan akan selalu mendapat tempat dalam dekorasi liburan, pada Natal kali ini, trennya condong ke arah sesuatu yang lebih tenang: hygge, konsep kenyamanan dan kesenangan Denmark.
Bagi merek dan konsumen, hygge menawarkan cara untuk menikmati suasana musim yang lebih tenang—bayangkan nuansa hangat, pencahayaan lembut, dan interior yang dirancang untuk mengundang relaksasi dan kebersamaan. Yang memimpin gerakan ini adalah merek gaya hidup independen asal Inggris, Piglet in Bed, yang terkenal dengan peralatan rumah tangga dan perlengkapan tidurnya yang cantik dan mudah dirawat.
“Hygge adalah tentang menciptakan gaya desain yang mengedepankan kenyamanan dan hidup, dan ini adalah tren yang sangat kami sukai di Piglet in Bed,” kata Rhiannon Masters, Kepala Merek di Piglet in Bed. “Ini tentang membuat ruang terasa nyaman dan pribadi, dirancang sesuai selera masing-masing individu. Tidak ada yang mengalahkan interior yang hangat dan mengundang; inilah suasana yang kami lihat kembali dengan kekuatan penuh pada musim Natal ini.”
Berakar pada budaya Denmark, hygge (diucapkan “hoo-gah”) berfokus pada penciptaan lingkungan yang damai dan nyaman. Ini bukan hanya tentang estetika tetapi juga tentang menciptakan suasana hati—ruang yang mendorong relaksasi, koneksi, dan kepuasan. Meskipun konsep ini telah menjadi bagian dari kehidupan Skandinavia selama berabad-abad, popularitas globalnya melonjak dengan dirilisnya Meik Wiking’s Buku Kecil Hygge pada tahun 2016, menjadikannya gerakan gaya hidup mendunia.
Ketika cuaca mendingin dan biaya energi meningkat, konsumen secara alami mencari kehangatan dan kenyamanan di rumah mereka. “Di Piglet in Bed, kami melihat lonjakan penelusuran untuk warna-warna hangat, dengan oatmeal berada di peringkat tiga warna teratas yang paling banyak ditelusuri bersama elderberry dan berry,” kata Masters.
Pergeseran ini mencerminkan meningkatnya keinginan akan tekstur dan warna yang membangkitkan rasa tenang. “Kain katun brushed, yang dikenal dengan sentuhan lembut dan hangatnya, telah menjadi istilah ke-7 yang paling banyak ditelusuri, sementara selimut dan selimut rajutan wol semakin populer—kain rajutan wol kini berada di peringkat ketiga. Jelas sekali orang-orang menyukai kenyamanan dan tekstur saat cuaca dingin,” tambahnya.
Hygge juga melengkapi tren pasca-COVID dalam menciptakan ruang rumah yang multifungsi dan menarik. Karena semakin banyak waktu yang dihabiskan di rumah, ada fokus untuk membuat interior terasa hangat, pribadi, dan mudah beradaptasi untuk segala hal mulai dari pekerjaan hingga hiburan.
Masters berbagi saran praktis untuk menghadirkan estetika hygge ke rumah Anda di musim liburan ini:
“Pada akhirnya, hygge adalah tentang membuat rumah Anda terasa asli milik Anda,” kata Masters. “Ini bukan tentang mengikuti daftar periksa—ini tentang menciptakan ruang yang terasa tepat bagi Anda, memadukan kenyamanan dan gaya dalam ukuran yang sama.”
Didirikan pada tahun 2017 oleh Jessica Hanley di gudang taman di West Sussex, Piglet in Bed telah menjadi merek pilihan untuk peralatan rumah tangga yang dibuat dengan indah yang mewujudkan kesederhanaan dan kenyamanan. Merek ini dicintai di seluruh dunia karena produk perlengkapan tidur, pakaian tidur, dan gaya hidup yang bersumber dari bahan ramah lingkungan, semuanya dirancang untuk menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu dan penggunaan.
Seprai linen khas Piglet in Bed mencerminkan kehidupan hygge: dibuat dengan serat alami yang mengatur suhu tubuh, membuat Anda tetap sejuk di musim panas dan hangat di musim dingin. Etos desain yang mengutamakan kenyamanan ini meluas ke koleksi peralatan rumah tangga merek yang lebih luas, termasuk handuk katun, keset kamar mandi, dan barang-barang dekoratif kecil yang membuat setiap ruangan terasa nyaman.
“Kami percaya pada mencari kenyamanan di saat-saat sederhana,” jelas Masters. “Hygge sangat selaras dengan nilai-nilai merek kami, terutama saat Natal, ketika fokusnya adalah pada koneksi, kehangatan, dan kelambatan dalam menghargai hal-hal kecil.”
Hygge lebih dari sekedar tren desain; hal ini mencerminkan berkembangnya gerakan budaya menuju gaya hidup lambat—sebuah penolakan terhadap gaya hidup serba cepat dan penuh tekanan yang dialami banyak orang sebelum pandemi. Bagi merek seperti Piglet in Bed, perubahan ini telah menciptakan peluang besar untuk menarik perhatian konsumen yang mencari pilihan yang bermakna dan berkelanjutan.
Daya tarik hygge juga sejalan dengan tren ritel yang lebih luas seperti meningkatnya perawatan diri, kesejahteraan, dan semakin pentingnya liburan yang berpusat pada rumah. Dalam pasar yang kompetitif, bisnis yang mengikuti gerakan ini dengan menawarkan produk yang mencerminkan gaya dan substansi siap untuk sukses.
Saat kita mendekati musim liburan yang ditandai dengan kehangatan dan kesederhanaan, hygge menawarkan cetak biru bagi konsumen dan merek: menciptakan ruang yang mengutamakan kenyamanan, koneksi, dan individualitas. Baik melalui pelapisan tekstur lembut, penggunaan warna-warna hangat, atau penyesuaian estetika yang hidup, hygge telah mendefinisikan ulang makna kemewahan—menjadikannya lebih personal dan mudah diakses.
RisalahPos.com Network