Basis data baru TetrapodTraits mencakup lebih dari 33.000 spesies, yang mengintegrasikan ciri-ciri untuk membantu penelitian keanekaragaman hayati. Basis data ini membantu mengoreksi kesenjangan dan bias data, serta meningkatkan pemahaman tentang distribusi tetrapoda dan kebutuhan konservasi. Yang tergambar di sini adalah seekor loris ramping.
Para peneliti mengembangkan TetrapodTraits, sebuah database komprehensif yang menampilkan lebih dari 33.000 tetrapoda jenisyang ditujukan untuk meningkatkan studi keanekaragaman hayati global.
Alat ini mengatasi kesenjangan pengetahuan dan ketidakkonsistenan data dengan menyertakan berbagai ciri seperti ukuran tubuh dan habitat. Analisis mereka menyoroti perlunya data yang lebih akurat untuk meningkatkan kesimpulan tentang distribusi spesies dan status konservasi.
TetrapodTraits – basis data global hewan berkaki empat – telah dikembangkan oleh para peneliti. Datanya kini dapat digunakan untuk penelitian ekologi, evolusi, dan konservasi yang lebih baik. Mario Moura dari Universidade Estadual de Campinas, Brasil, dan Walter Jetz dari Universitas YaleAS, menerbitkan karya ini hari ini (9 Julith) dalam jurnal akses terbuka Biologi PLOS.
Tantangan dalam mendeteksi spesies dengan ukuran kecil atau aktivitas nokturnal, seperti Katak Daun Berjalan (Phyllomedusa burmeisteri) dari Brasil, berkontribusi pada kesenjangan data dalam sejarah alam. Kredit: Mario R. Moura (CC-BY 4.0)
Tetrapoda, yang meliputi amfibi, reptil, burung, dan mamalia, umumnya merupakan spesies yang terdokumentasi dengan baik, yang membuatnya berguna sebagai model dalam studi keanekaragaman hayati global. Namun, kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang banyak spesies ini, ketidakkonsistenan data, dan perubahan nama ilmiah dapat menyebabkan kesimpulan yang bias tentang keanekaragaman hayati. Untuk membantu mengatasi masalah ini, para peneliti menciptakan TetrapodTraits, basis data komprehensif yang berisi lebih dari 33.000 spesies tetrapoda yang mencakup ciri-ciri seperti ukuran tubuh, habitat, ekosistem, geografi, kapan hewan tersebut aktif dan apakah ia terancam oleh manusia.
Dalam menyusun basis data, para peneliti mengungkap banyak kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang tetrapoda global. Misalnya, hewan cenderung memiliki data yang tidak lengkap jika mereka memiliki tubuh yang lebih kecil, aktif di malam hari, atau hidup di wilayah tropis. Tim tersebut mengisi kesenjangan ini dengan memperkirakan data yang hilang berdasarkan pengamatan yang ada. Mereka menemukan bahwa penggunaan kumpulan data yang lengkap mengubah pola keanekaragaman hayati yang menginformasikan jenis spesies yang umum ditemukan di suatu wilayah.
Kesenjangan data dalam sejarah alam mungkin timbul karena tantangan dalam mendeteksi spesies yang hidup di tajuk pohon atau aktif di malam hari, seperti loris ramping (Loris spp.) dari Sri Lanka. Kredit: Alexander Pyron (CC-BY 4.0)
Penelitian baru ini mengungkap skala data tetrapoda yang hilang dan memberikan penilaian komprehensif tentang kesenjangan dan bias di berbagai kelompok tetrapoda. Hal ini penting karena data yang hilang dan bias dapat mengarah pada kesimpulan yang salah tentang bagaimana ekosistem berfungsi, dan risiko kepunahan spesies. Para peneliti menyimpulkan bahwa meskipun diperlukan lebih banyak pengumpulan data, TetrapodTraits dapat menghasilkan hasil yang kurang bias untuk studi ekologi dan konservasi tetrapoda.
Para penulis menambahkan, “Penelitian kami menggunakan kecerdasan buatan untuk mengungkap bias dalam data keanekaragaman hayati dan menawarkan panduan untuk meningkatkan efektivitas penelitian lapangan dan strategi pengambilan sampel.”
Referensi: “Karakterisasi sifat tetrapoda global yang berdasarkan filogeni mengatasi kesenjangan dan bias data” oleh Moura MR, Ceron K, Guedes JJM, Chen-Zhao R, Sica YV, Hart J, dkk., 9 Juli 2024, Biologi PLoS.
DOI: 10.1371/jurnal.pbio.3002658