Monday, 09 Sep 2024

Suhu Terhangat di Dunia Bertemu dengan Suhu Dingin yang Memecahkan Rekor

RisalahPos
21 Apr 2024 19:07
4 minutes reading

Februari 2024 merupakan bulan Februari terpanas secara global yang pernah tercatat, berbeda dengan suhu dingin ekstrem di beberapa wilayah. Sebuah studi baru-baru ini memperkirakan bahwa meskipun kejadian cuaca dingin akan berkurang, dampaknya mungkin akan semakin parah, sehingga menggarisbawahi perlunya strategi dan model iklim yang lebih baik. Kredit: SciTechDaily.com

Frekuensi kejadian Benua Arktik-Dingin Hangat diperkirakan akan meningkat hingga tahun 2020an, namun diperkirakan akan menurun setelah tahun 2030an, sehingga mempengaruhi pola cuaca di seluruh dunia.

Layanan Perubahan Iklim Copernicus melaporkan bahwa Februari 2024 adalah Februari terpanas yang pernah tercatat secara global. Namun, Amerika Utara, Asia, dan sebagian Eropa mengalami suhu dingin yang memecahkan rekor. Di beberapa tempat, seperti Mohe di Tiongkok dan Yakutsk di Rusia, suhu turun ke tingkat terendah yang mengancam jiwa. Yang mengkhawatirkan, peningkatan suhu di tengah suhu dingin yang ekstrem ini mendorong masa depan iklim planet kita ke dalam ketidakpastian.

Situasi paradoks ini tercermin dalam fenomena Benua Dingin-Arktik Hangat (WACC), di mana suhu Arktik yang hangat menyebabkan berkurangnya es di laut dan ledakan dingin di wilayah garis lintang tengah tertentu. Pemanasan yang cepat di kawasan Arktik mengindikasikan adanya perubahan iklim global. Namun, seiring dengan meningkatnya pemanasan global dan suhu di wilayah Arktik, masih belum jelas bagaimana peristiwa WACC akan terjadi dalam beberapa dekade mendatang.

Temuan Penelitian Terbaru

Untuk menjembatani kesenjangan ini, sebuah kelompok penelitian yang dipimpin oleh Profesor Jin-Ho Yoon dan termasuk Ph.D. mahasiswa Yungi Hong, keduanya dari Sekolah Ilmu Bumi dan Teknik Lingkungan di Institut Sains dan Teknologi Gwangju, Korea, baru-baru ini menyelidiki dinamika dan evolusi peristiwa cuaca musim dingin yang ekstrem—yang secara teknis dikenal sebagai WACC. Dengan menggunakan simulasi kumpulan data iklim, yang sebagian besar diperoleh dari Community Earth System Model Large Ensemble Project, mereka memperkirakan lintasan peristiwa WACC di Asia Timur dan Amerika Utara, mulai dari tahun 1920 hingga 2100. Temuan penelitian ini baru-baru ini dipublikasikan di jurnal npj Ilmu Iklim dan Atmosfer.

Lintasan Peristiwa WACC di Asia Timur dan Amerika Utara Dari tahun 1920 hingga 2100

Peneliti GIST memperkirakan kejadian WACC akan menurun tajam pasca tahun 2030an, sehingga menyebabkan kejadian cuaca ekstrem dalam beberapa dekade mendatang. Kredit: Jin-Ho Yoon dari GIST

Menjelaskan penelitian mereka, Prof. Yoon menekankan, “Pola WACC telah mempengaruhi iklim musim dingin secara signifikan, namun apa yang kita lihat saat ini hanyalah awal dari perubahan drastis.” Tim peneliti menemukan bahwa meskipun terjadi pemanasan global, kejadian WACC terus meningkat hingga tahun 2020-an.

Prof Yoon menekankan, “Peristiwa ini akan menurun tajam setelah tahun 2030an. Namun penurunan ini tidak berarti berkurangnya kejadian cuaca ekstrem di masa depan. Sebaliknya, musim dingin akan menjadi lebih hangat seiring dengan semakin intensifnya pemanasan global. Meskipun serangan cuaca dingin lebih jarang terjadi, dampaknya mungkin lebih parah jika terjadi.”

Prakiraan Jangka Panjang dan Dampak Komunitas

Tren penurunan ini kemungkinan akan terus berlanjut hingga fenomena WACC hampir hilang pada akhir abad ke-21, sehingga memunculkan kejadian cuaca ekstrem baru.

Temuan-temuan ini membentuk kembali pemahaman kita mengenai peristiwa WACC dan menyoroti perlunya memperbarui model iklim untuk prediksi yang akurat, meningkatkan persiapan dan strategi respons. Temuan ini juga sejalan dengan kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat di seluruh dunia, terutama mereka yang berada di wilayah yang secara historis terkena dampak WACC.

Dengan semakin dekatnya pergeseran drastis arah WACC, diperlukan tindakan segera untuk menyempurnakan strategi iklim global dan menilai kembali bagaimana masyarakat akan bersiap dan beradaptasi. Dalam hal ini, Mr. Hong mengatakan, “Memahami dampak perubahan drastis dalam peristiwa WACC dan merancang strategi adaptasi dan mitigasi menentukan masa depan iklim musim dingin kita, dan ini merupakan pengingat akan kompleksitas sistem iklim dan hasil yang tidak terduga dari perubahan tersebut. perubahan iklim.”

Secara keseluruhan, penelitian ini merupakan seruan yang menarik bagi masyarakat, pembuat kebijakan, dan ilmuwan untuk bertindak. Saat ini, lebih dari sebelumnya, diperlukan kolaborasi dan adaptasi saat kita menavigasi jalan menuju ketahanan terhadap perubahan iklim!

Referensi: “Dari puncak hingga anjlok: fenomena benua hangat-dingin Arktik yang akan segera menurun” oleh Yungi Hong, S.-Y. Simon Wang, Seok-Woo Son, Jee-Hoon Jeong, Sang-Woo Kim, Baekmin Kim, Hyungjun Kim dan Jin-Ho Yoon, 11 Maret 2024, npj Ilmu Iklim dan Atmosfer.
DOI: 10.1038/s41612-024-00611-7



RisalahPos.com Network

# PARTNERSHIP

RajaBackLink.com Banner BlogPartner Backlink.co.id Seedbacklink