NEW DELHI (AP) — Pihak berwenang India pada Jumat mengatakan mereka sedang melakukan pembicaraan dengan pemerintah Rusia mengenai kembalinya warga negara India yang ditipu untuk bekerja di tentara Rusia, sehari setelah badan investigasi federal mengatakan pihaknya membubarkan jaringan perdagangan manusia yang memikat orang ke Rusia dengan dalih memberi mereka pekerjaan.
Kementerian Luar Negeri India mengatakan pemerintah telah memulai tindakan terhadap jaringan agen yang menipu orang-orang tersebut untuk melakukan perjalanan ke Rusia.
“Kami tetap berkomitmen untuk membebaskan lebih awal warga negara kami yang bertugas sebagai staf pendukung tentara Rusia dan pada akhirnya mereka bisa kembali pulang,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Randhir Jaiswal di New Delhi.
Jaiswal mendesak warga India untuk tidak tertipu oleh tawaran agen pendukung pekerjaan di tentara Rusia.
“Ini penuh dengan bahaya dan risiko terhadap kehidupan,” katanya.
Pada hari Kamis, Biro Investigasi Pusat India mengatakan setidaknya 35 warga negara India telah dikirim ke Rusia melalui agen tersebut. Dikatakan bahwa orang-orang tersebut direkrut melalui media sosial dan agen lokal.
Dikatakan bahwa orang-orang tersebut dilatih dalam peran tempur dan ditempatkan di pangkalan garis depan dalam perang Rusia-Ukraina yang bertentangan dengan keinginan mereka. Beberapa pria “terluka parah,” katanya.
Kedutaan Besar India di Moskow pada hari Rabu mengkonfirmasi kematian seorang warga negara India di Rusia yang keluarganya mengatakan kepada media lokal bahwa dia direkrut oleh tentara Rusia. Kedutaan tidak menjelaskan penyebab kematian pria tersebut namun mengatakan pihaknya telah menghubungi keluarga dan pihak berwenang Rusia.
Pada bulan Januari, Nepal meminta Rusia untuk melakukannya mengirim kembali ratusan warga negara Nepal yang direkrut berperang melawan Ukraina. Setidaknya 14 warga negara Nepal tewas di Ukraina, menurut Menteri Luar Negeri Nepal Narayan Prakash Saud.
India menganggap Rusia sebagai sekutu yang telah teruji sejak era Perang Dingin dengan kerja sama penting di bidang pertahanan, minyak, energi nuklir, dan eksplorasi ruang angkasa.
Sejauh ini mereka menghindari memberikan suara menentang Rusia di PBB atau mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin sejak invasi ke Ukraina dimulai pada Februari 2022.