NASASatelit PACE lepas landas dari Florida dan menuju orbit, dimana satelit tersebut akan mengamati organisme mikroskopis di lautan bumi dan partikel di udara.
Satelit sains Bumi NASA terbaru berhasil diluncurkan dari Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral di Florida pada 8 Februari 2024. Foto ini diambil saat peluncuran, tepat setelah pukul 1:33 Waktu Bagian Timur, sebagai Luar AngkasaX Roket Falcon 9 lepas landas membawa pesawat ruang angkasa PACE (Plankton, Aerosol, Cloud, ocean Ecosystem) milik NASA.
Dari ratusan mil di atas Bumi, PACE akan mempelajari dampak dari hal-hal kecil yang seringkali tidak terlihat: kehidupan mikroskopis di air dan partikel mikroskopis di udara. “PACE adalah misi yang akan menggunakan sudut pandang unik di luar angkasa untuk mempelajari beberapa hal terkecil yang dapat menimbulkan dampak terbesar,” kata Karen St. Germain, direktur Divisi Ilmu Bumi NASA.
Dengan kombinasi instrumen hiperspektral dan polarimeter, PACE akan memberikan wawasan tentang interaksi antara laut dan atmosfer, dan bagaimana perubahan iklim memengaruhi interaksi tersebut.
Fitoplankton mikroskopis di lautan dapat berkembang menjadi mekar yang cukup besar sehingga dapat terlihat dari orbit. Misalnya, gambar berwarna alami (di atas), yang diperoleh oleh OLI-2 (Operational Land Imager-2) di Landsat 9, menunjukkan mekarnya bunga di lepas pantai Australia Selatan. Namun para ilmuwan belum dapat mengatakan dengan pasti, hanya berdasarkan citra satelit, jenis fitoplankton mana yang menyusun mekar seperti ini.
OCI (Ocean Color Instrument) hiperspektral PACE akan mengukur lautan dan perairan lainnya dalam spektrum sinar ultraviolet, sinar tampak, dan inframerah-dekat. Hal ini akan memungkinkan para ilmuwan untuk melacak distribusi fitoplankton dan—untuk pertama kalinya dari luar angkasa—mengidentifikasi komunitas organisme mana yang ada dalam skala global sehari-hari. Para ilmuwan dan pengelola sumber daya pesisir dapat menggunakan data tersebut untuk membantu memperkirakan kesehatan perikanan, melacak pertumbuhan alga yang berbahaya, dan mengidentifikasi perubahan dalam lingkungan laut.
Pesawat luar angkasa tersebut juga membawa dua instrumen polarimeter yang akan mendeteksi bagaimana sinar matahari berinteraksi dengan partikel di atmosfer. Data ini dapat memberi para peneliti informasi baru tentang aerosol di atmosfer dan sifat-sifat awan, serta kualitas udara pada skala lokal, regional, dan global.
Meskipun NASA telah mempelajari aerosol dari luar angkasa selama beberapa dekade—dengan mengamati lokasi dan kelimpahannya—PACE dan polarimeter SPEXone dan HARP2 akan mengubah keadaan. Instrumen tersebut akan mengungkap bentuk dan ukuran aerosol, membantu para ilmuwan menjawab pertanyaan tentang dari mana asalnya dan bagaimana pengaruhnya terhadap bagian lain sistem bumi.
Setelah diluncurkan pada 8 Februari, pesawat ruang angkasa tersebut berhasil menghubungi stasiun bumi di Bumi, memberikan tim pembacaan awal mengenai status, kesehatan, operasi, dan kemampuannya pasca peluncuran. Tinjauan penilaian pascapeluncuran menyeluruh mengenai kesiapan PACE untuk memasuki fase operasional misinya akan dilakukan dalam beberapa minggu mendatang.
Foto oleh NASA. Gambar Observatorium Bumi NASA oleh Lauren Dauphin, menggunakan data Landsat dari Survei Geologi AS. Video oleh Ryan Fitzgibbons (KBRWyle)/Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA/Studio Visualisasi Ilmiah.
RisalahPos.com Network